kind of sadness

Pernah terpikir untuk menyerah pada keadaan, tapi keadaan masih bersikeras untuk bertahan. Solusi yang kudapat hanya nasehat-nasehat, yang menyuruhku bersabar dalam menghadapi hantaman perasaan.

Tak jarang kudengar cemoohan dari diriku sendiri. Membisikkan kalimat-kalimat ironi memilukan hati. Bahkan, kalbuku pun memilih untuk berhenti. Tak tahu mengapa, tapi kuyakin karena sesak yang tak kunjung pergi.

Sesekali kutorehkan rintihan-rintihan paling mencekam. Menggema terus tak tahu kata usai. Kadang kuberpikir, apa yang salah dari bersabar. Sakitnya setengah mampus, tapi mengapa kau tak kunjung sadar.

Jangan menghasutku untuk menyalahkan kesabaran.
Jangan menasehatiku untuk menyalahkan ketegaran.
Karena dengan mereka, terjalin sudah tali persahabatan, yang selalu ada di saat hati dan logika berperang.

TAPI,

Jikalau memang, salahku adalah sabar. Izinkan aku mengusir jauh kesabaran.
Jikalau memang, salahku adalah tegar.
Lantas, apa yang harus kulakukan, agar menjadi benar?

Haruskah ku mengalah atau menyerah
Namun logika tak lagi menunjukkan arah
Apalagi hati yang sudah jengah
Untuk saat ini, kurasa, yah, sudahlah

-ditemani acara TV di minggu pagi.

Komentar

Postingan Populer