Sekedar pemahaman

Kuharap tak lagi kutulis sajak lesu penuh gerutu. Yang coba menyemangati tapi tetap tak terobati. Yang berpura tegar dan tampak waras, padahal penuh hingar bingar dan tak selaras. Sajak yang kutulis itu, untuk menerima keadaan, menutupi kekecewaan.

Entahlah, ini bukan awal, bukan pula akhir.
Tak kuinginkan ada yang terluka, ada yang merana. Ketidakmampuanku mengendalikan hati dan perasaan, bagiku bukan suatu kesalahan, bukan juga kegagalan. Mungkin hanya sekedar keterlambatan. Karena perasaan, butuh waktu untuk bisa pudar, dan tentu tak sepenuhnya bisa hilang, tentu saja, tetap membekas.

Percayalah, tak kuinginkan ada gelar pemenang. Cinta bukan permainan, tidak untuk dimenangkan. Bukan juga perkara yang benar atau salah.
Semoga semua yang pernah terhalang olehku, bisa merasakan bahagia. Yang sempat kecewa karenaku, bisa turut bersuka ria. Rasa yang tersisa, semoga bisa sepenuhnya terkenang. Itu pun kalau hati masih sanggup mengenang tanpa air mata yang terus menggenang.

Sepenuhnya, ku terima. Terlepas dari segala kejadian yang sempat menimpa, segala amarah yang sempat membuncah, dan segala kata yang turut menyerta. Ternyata untuk menerima keadaan dan melupakan seseorang, tak melulu mesti menghindari, menghapus memori di tiap sisi. Tidak. Malah sebaliknya, bertemulah, bercakaplah sebentar. Mungkin kalian belum bisa menerima keadaan karena masih ada yang ingin ditanya. Mungkin belum bisa melupa karena ada lain perkara, maka perjelas! Selepasnya, percayalah, lega.

Dan dari sekian pemahamanku akan 'menerima, melupa, dan memaafkan', sungguh ku berterimakasih telah berkesempatan merasakan fase ini, fase dimana tak lagi ada kekecewaan, tak lagi ada amarah dan dendam, tak lagi rasakan muram dan temaram. Karena, kini beda. Takkan pernah sama.
.
.
.
Mati rasa

Komentar

Postingan Populer