And now, I know what to say

Ketika yang lain udah posting foto pake twibbon fakultasnya masing-masing, aku masih di sini, berkutat dengan soal-soal SBMPTN dan ujian mandiri lainnya. Aku masih mati-matian mengulang pelajaran selama SMA. Kembali menghafal rumus-rumus ipa. Tak masalah kalo belajar matematika, tapi mati kutu rasanya saat harus kembali menghadapi fisika. Yang dulunya cukup mengerti kimia, sekarang mengerjakan satu soal pun harus berlama-lama. Sedikit senang saat bertemu biologi, tapi tetep kaku kalo disodorin soal lagi. Membuka kembali kumpulan soal-soal tahun kemarin, teringat lagi perjuangan setahun kemarin.

Tak masalah kalau disuruh belajar lagi, yang jadi masalah kalau harus terus-terusan teringat kalau aku pernah berjuang sampe berdarah-darah (maaf terlalu lebay, padahal perjuangan ga seberapa) dan kandas di akhir jalan. Tapi pasca pengumuman, aku baru sadar, ternyata perjuanganku itu bukan kandas di akhir, tapi di tengah jalan. Dan seharusnya masih banyaaaak sekali jalan lain yang bisa aku lewati. Kata orang kan, "Everything will be okay in the end. So, if it's not okay, it's not the end".

Karena sesungguhnya Allah tahu mana yang terbaik, karena Allah melihat dari segala sisi, secara keseluruhan, tidak seperti hamba-Nya yang cuma bisa melihat apa yang ada di depan matanya saja. Dan tentu, semua manusia ingin keputusan terbaik dari sisi Allah dan dari sisi kita sendiri. Yang terpenting, kita sebagai hamba yang "merasa gagal" sudah diberi kelapangan hati untuk menerima segala skenario-Nya. Legowo menerima segala keputusan-Nya.

Bukankah itu yang terpenting, iya kan?

Komentar

Postingan Populer